Bulan Ramadan merupakan bulan yang penuh berkah bagi umat muslim. Selama
satu bulan penuh umat muslim berlomba-lomba untuk mendapatkan pahala
yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Tapi ternyata, keberkahan
bulan Ramadan tidak hanya dirasakan oleh umat Islam saja bahkan orang
non muslim juga ikut mendapat keberkahan tersebut. Salah satunya dari
bersedekah.
Seperti yang dialami motivator asal Surabaya
non muslim Johan Yan, dirinya mengaku usahanya tidak pernah sepi
setelah dia rajin bersedekah dengan memberikan makanan sahur kepada
orang yang berpuasa.
"Setelah saya melakukan sedekah dengan
memberi nasi bungkus untuk Sahur bagi anak-anak jalanan, gelandangan,
tukang sayur, tukang becak, petugas SPBU, polisi, penjaga palang pintu
rel KA, dan pekerja malam, ternyata usaha saya tidak pernah sepi,"
katanya, Jumat (26/6).
Itu dia lakukan setelah mendapatkan surat
'gelap' yang isinya 'sedekah itu mendatangkan rizki dan menolak
malapetaka'. Johan tidak mengetahui sumber kertas tersebut, namun
dirinya berusaha mempraktikan isi surat itu.
"Saya pernah menerima secarik kertas yang berbunyi: sedekah itu mendatangkan rezeki dan menolak malapetaka," kata Johan.
Padahal,
katanya, perusahaannya sebelumnya sering mengalami sepi pada setiap
bulan puasa Ramadan, tapi selama tiga kali Ramadan terakhir justru
rezeki datang lebih banyak dari pada bulan-bulan biasanya.
"Ramadan
tahun ini, saya menerima rezeki hingga Rp 240 juta dan kalau
dijumlahkan dengan Ramadan sebelumnya bisa mencapai Rp 1 miliar," papar
penggagas Museum Mahanandi Surabaya itu.
Oleh karena itu,
penerima anugerah kehormatan 10 orang berpengaruh di bidang budaya di
Indonesia atau The Outstanding Young Persons (TOYP) oleh Junior Chamber
International atau JCI (2012), itu merasa bersyukur dan akan berusaha
melakukan 'Sahur on The Road' secara rutin dengan mengajak seluruh
karyawannya untuk memasak semua makanan.
"Tahun ini, kami
membagikan 2.015 nasi bungkus yang dimasak sendiri oleh para motivator
muda di PT Total Quality pada siang, lalu mereka membungkus sendiri pada
sore hingga malam," ujarnya, seperti dilansir Antara.
Selanjutnya,
mereka membagikan nasi sahur pada malam hingga dini hari dengan rute
Jemursari, Wonokromo, Pasar Keputran, Taman Bungkul, dan beberapa pasar
tradisional serta tempat penampungan sampah hingga berakhir di Radio
Suara Surabaya.
"Uniknya, kami tidak memiliki latar belakang
katering, tapi kami memasak sendiri 400 kilogram beras, menggoreng
ratusan kilo lauk pauk, daging, dan telur, sambal tempe, dan serundeng
dalam waktu 16 jam nonstop," tandasnya.
Baginya, Ramadan,
sedekah, dan sahur bersama merupakan keajaiban yang luar biasa, meski
dirinya sebagai non-Muslim, karena itu dirinya melakukan pelayanan
kepada saudara Muslim dalam bentuk sahur bersama.
"Itu juga
sesuai inspirasi yang kami terima dari Ustaz Abdul Madjid (Gedangan,
Sidoarjo) bahwa kebaikan dan keburukan itu akan kembali kepada
pemiliknya. Islam itu mengajarkan 'paket' keimanan dan amal sholeh atau
kepedulian sosial, salat dan zakat atau sedekah, taat kepada Allah dan
bakti kepada orang tua," pungkasnya.
( merdeka.com )